Ide dari tulisan ini berawal dari sebuah video unggahan seseorang di status Whatsapp-nya. Sebuah video promosi tentang sebuah komunitas. Gambar-gambar dan video effect yang ditampilkan sebenarnya bagus sekali. Namun kemudian video tersebut sudah nggak bisa aku nikmati karena adanya sebuah frasa "Let's join us".

frasa yang benar atau salah
pixabay.com

Frasa ini mungkin diartikan sebagai "Mari bergabung dengan kita/kami". Tapi, kenyataannya frasa tersebut salah total dalam bahasa Inggris. Mari kita perhatikan strukturnya terlebih dahulu.

Let's memang sering diartikan "Ayo" jika dalam bahasa Indonesia. Sering muncul di frasa "Let's go". Mari pergi/ayo pergi. Benar saja. But, there is something yang terlupakan. Let's sebenarnya terdiri dari dua kata yang disingkat dengan menggunakan tanda petik satu. Jika nggak disingkat, maka dia akan menjadi "Let us" yang artinya mari kita. 

Di sinilah letak kesalahan frasa tersebut. Harusnya sebenarnya sudah ada kata "us" dalam kata "let's", eh malah ditambah lagi kata "us" di akhir frasa tersebut. Artinya menjadi mari kita bergabung dengan kita. Aneh kan? 

Setelah tahu letak kesalahannya, sekarang mari kita benarkan sama-sama. Kamu mungkin berpikir untuk mengubahnya menjadi "Let's join". Kalau ini secara grammar benar. Tetapi maknanya berubah menjadi "mari kita bergabung. Konteksnya itu seperti kita mengajak seseorang untuk sama-sama bergabung. Misal mari kita gabung dengan tim  mereka. Sedangkan tujuan awal frasa ini adalah mengajak orang lain bergabung dengan kita.

Misal diubah lagi menjadi "Let join us". Nah, ini beda kasus, kata "let" dapat memiliki makna lain jika dia nggak disandingkan dengan "us". So, ini juga salah.

Simpel sebenarnya. Kamu hanya harus menulis "Join us". That's all. Kalau mau ada kata "let's", maka itu berarti kamu mengajak seseorang untuk melakukan sesuatu bersama-sama dengan dirimu. 

Dalam bahasa memang tidak ada benar dan salah. Hanya ada lazim atau tidak lazim. Proses kita belajar bahasa berarti proses untuk mengetahui mana sih yang lazim. Jika kamu masih bingung dengan masukan ini atau kamu tahu mengenai frasa lain yang sering salah, please write it down in the comment column. Thank you!
Pernah dong ya kalian denger istilah healthy relationship dan unhealthy relationship? Hubungan antara pasangan kekasih ini ibarat kesehatan. Kadang ia sehat kadang juga tidak. Tergantung bagaimana kita menjaganya. Sayangnya, kadang seseorang nggak sadar bahwa dia berada di sebuah hubungan yang tidak sehat. Apa aja sih tandanya? Coba cek di sini.

hubungan yang tidak sehat
pixabay.com

Kamu Mulai Malas Menjelaskan ke Pasangan


Komunikasi adalah hal utama. Pasangan sudah sewajarnya menjadi tempat pertama kita berkeluh kesah dan bercerita. Hubungan yang tidak sehat biasanya berawal dari komunikasi yang tidak lagi lancar. Karena suatu hal seperti tidak dihargai atau hal lainnya, lama kelamaan timbul perasaan enggan untuk menjelaskan sesuatu. "Ya sudahlah" itu biasanya kata yang muncul.

Tidak Lagi Cemburu


Cemburu merupakan perasaan yang uncontroll. Nyaris tidak bisa dikontrol. Seseorang yang tidak merasakan ini bisa jadi sedang dalam hubungan yang tidak sehat. Bisa jadi salah satu atau bahkan keduanya tidak lagi merasakan cinta yang sebenarnya.

Kamu Jadi Sering Sedih bahkan Menangis


Cinta memang nggak selamanya mulus. Hampir nggak ada cinta tanpa air mata. Tapi maksudnya bukan seperti itu. Di sini kondisinya kamu menjadi sering menangis. Hidupmu terasa dipenuhi kemalangan yang tiada berkesudahan. Inilah tanda paling kuat yang mengatakan bahwa kamu sedang bersama orang yang salah dan hubungan yang tidak lagi sehat.

Sering Merasa Rendah


Tidak dihargai oleh pasangan sendiri bukan hal yang mudah untuk diterima. Kalau kamu sering merasa rendah dan seperti kurang berharga, mungkin bukan karena kamu payah, tetapi karena kamu menjalin hubungan yang tidak sehat dengan orang yang tidak tepat.

Memang segala sesuatu itu bisa diperbaiki, namun ada kalanya kamu harus menemukan hubungan yang lebih sehat. Ada kalanya seseorang tidak lagi bisa berubah, tak lagi bisa semenarik dan sebaik dulu. Jangan takut, youll find the healthier relaionship. Just leave it.
Hidup memang tidak bisa lepas dari sosialisasi. Kita membutuhkan orang lain sebagaimana orang lain juga membuthkan kita. Butuh bukan berarti bergantung! Kebutuhan akan manusia ini sifatnya hanyalah sebagai pelengkap. Bukan mutlak mereka yang akan menentukan apa kita berhak hidup di dunia ini atau tidak. Secara lebih spesifik, menurutku ada 4 alasan kuat kenapa kita nggak seharusnya ketergantungan dengan orang lain.



1.    Mereka Nggak akan Selalu Ada


Bahkan Superman can be died. Nggak ada yang abadi dari seorang manusia. Entah itu perasaannya, atau bahkan kehidupan itu sendiri. Nggak akan ada yang abadi. Mereka tidak akan selalu di sisim setiap detik. Jika ini nanti kejadian sama kamu, apa yang bakal kamu lakukan?

2.    Rasanya Melakukan Sesuatu Sendiri itu Jauh Lebih Nikmat


Dibantu orang lain dalam mengerjakan sesuatu memang sangat menyengangkan, praktis dan nggak repot. Tetapi, coba saja bayangkan dahulu. Misalkan ada seseorang yang kelaparan. Posisimu adalah sebagai orang yang bisa membantunya. Satu piring nasi dan lauk di hari pertama yang kamu berikan mungkin memang bermanfaat. Tapia pa satu tahun penuh kamu harus melakukan itu? Dan orang itu akan bergantung kepadamu selalu? 

Kenapa tidak mengajarinya memancing untuk dapat ikan. Bertani untuk dapat beras dan memasak untuk dapat memakannya. Atau kenapa nggak kamu ajarkan dia untuk bekerja. Mencari uang untuk dirinya sendiri? Sesungguhnya, pertolongan seperti itulah yang ia perlukan.

3.    Tangan di Atas Lebih Baik dari Tangan di Bawah


Sebagai orang yang bergantung, maka sama saja dengan kamu menempatkan tangan di bawah. Sebagai si peminta. Tak ada yang bagus dari hal ini. Cobalah untuk menempatkan tanganmu di atas. Jadilah sang pemberi. Tentu, pemberi yang tidak akan membuat orang lain bergantung padanya.

4.    It’s about You! Not Them!


Jika suatu saat kamu ingin mencari pekerjaan atau hal semacam itu, kemampuan yang kamu punyalah yang akan dicari orang lain. Bukan siapa relasimu. Seberapa kuat kamu punya orang yang berkuasa atau hal-hal serupa lainnya.

Hidup kita sepenuhnya adalah tanggung jawab kita. Kita pulalah satu-satunya orang yang akan selalu ada untuk diri kita. So, kamu yakin masih mau bergantung?