If traveling is free, you will never see me again. Satu kaliamat yang aku baca di salah satu media gambar di internet. Setelah membaca itu, aku langsung berpikir, benar juga nih. Mungkin ada yang berpikiran sama denganku. Sebenarnya nggak ada seorang pun yang nggak suka traveling, cuma kebanyakannya terhalang oleh sesuatu. Untuk umur 20-an, biasanya sih kendalanya soal uang.
Di umur 20-an, kita memang punya tuntutan tersendiri seperti penyesuaian diri yang mana sudah tidak bisa bergantung dengan keluarga. Usia di mana kita mulai mencari pekerjaan, berpikir mengenai rumah sendiri, kendaraan sendiri dan lain sebagainya.
Jadi terkadang anak muda itu bingung memilih antara nabung saja buat hal-hal teknis dalam hidup atau gajinya untuk traveling. Kalau kamu termasuk yang sedang bingung memilih antara dua hal itu, ini dia beberapa hal yang perlu kamu pertimbangkan.
1. Uang Itu Bisa Dicari Lagi, Kalau Memori dan Waktu?
Traveling memang perlu modal. Namun uang itu bisa dicari lagi kok, tapi memori tidak bisa. Dalam hidup, kita memang perlu fill our pocket. Tapi jangan lupa juga untuk fill your memory. Demi kebahagiaan kamu, uang yang kamu bujetkan untuk liburan itu sebenarnya nggak sia-sia kok.
2. Terapkan Metode 5 Times Coverage
Kalau kamu masih ragu juga. Terapkanlah teknik mengatur keuangan yang dinamakan dengan 5 times coverage ini. Caranya, kamu harus hitung denggan jeli bujet untuk liburanmu dari tiket pesawat, penginapan sampai biaya makan dan oleh-oleh. Jika sudah, cek tabunganmu. Tabungan kamu harus 5 kali lebih besar jumlahnya dibandingkan dengan biaya untuk traveling-mu. Dijamin kamu tidak akan jatuh miskin kalau menerapkan hal ini.
3. Traveling is a Therapy
Traveling itu sebenarnya bukan menghabiskan uang kok. Sebenarnya ada banyak sekali manfaat dari traveling baik itu untuk kesehatan fisik maupun kesehatan mental. Ada yang mengatakan bahwa traveling itu kayak terapi. Penghilang stres. Membuat mental lebih kuat dan masih banyak surprise dadakan lainnya seperti bertemu orang baru yang bisa menjadi rekan kerja.
4. Sadari Dulu Apa Prioritasmu
Penting ataupun tidak acara jalan-jalan ini, sebenarnya itu tergantung prioritasmu. Mungkin sebaiknya kamu membuat skala prioritas dahulu. Mana hal yang harus kamu penuhi duluan. Misal, kamu target beli handphone baru dulu, lalu membelikan ibumu hadiah, lalau ketiga melunasi cicilan dan keempat baru traveling, maka taatilah urutan itu. Don't rush things. Ikuti alurnya sehingga kamu nggak akan menyesal setelah traveling.
So, setelah membaca beberapa pertimbangan di atas, kamu sudah yakin akan menyambangi destinasi wisata impianmu? Whatever it is, be smart, yea.
If traveling is free, you will never see me again. Satu kaliamat yang aku baca di salah satu media gambar di internet. Setelah membaca itu, aku langsung berpikir, benar juga nih. Mungkin ada yang berpikiran sama denganku. Sebenarnya nggak ada seorang pun yang nggak suka traveling, cuma kebanyakannya terhalang oleh sesuatu. Untuk umur 20-an, biasanya sih kendalanya soal uang.
Di umur 20-an, kita memang punya tuntutan tersendiri seperti penyesuaian diri yang mana sudah tidak bisa bergantung dengan keluarga. Usia di mana kita mulai mencari pekerjaan, berpikir mengenai rumah sendiri, kendaraan sendiri dan lain sebagainya.
Jadi terkadang anak muda itu bingung memilih antara nabung saja buat hal-hal teknis dalam hidup atau gajinya untuk traveling. Kalau kamu termasuk yang sedang bingung memilih antara dua hal itu, ini dia beberapa hal yang perlu kamu pertimbangkan.
1. Uang Itu Bisa Dicari Lagi, Kalau Memori dan Waktu?
Traveling memang perlu modal. Namun uang itu bisa dicari lagi kok, tapi memori tidak bisa. Dalam hidup, kita memang perlu fill our pocket. Tapi jangan lupa juga untuk fill your memory. Demi kebahagiaan kamu, uang yang kamu bujetkan untuk liburan itu sebenarnya nggak sia-sia kok.
2. Terapkan Metode 5 Times Coverage
Kalau kamu masih ragu juga. Terapkanlah teknik mengatur keuangan yang dinamakan dengan 5 times coverage ini. Caranya, kamu harus hitung denggan jeli bujet untuk liburanmu dari tiket pesawat, penginapan sampai biaya makan dan oleh-oleh. Jika sudah, cek tabunganmu. Tabungan kamu harus 5 kali lebih besar jumlahnya dibandingkan dengan biaya untuk traveling-mu. Dijamin kamu tidak akan jatuh miskin kalau menerapkan hal ini.
3. Traveling is a Therapy
Traveling itu sebenarnya bukan menghabiskan uang kok. Sebenarnya ada banyak sekali manfaat dari traveling baik itu untuk kesehatan fisik maupun kesehatan mental. Ada yang mengatakan bahwa traveling itu kayak terapi. Penghilang stres. Membuat mental lebih kuat dan masih banyak surprise dadakan lainnya seperti bertemu orang baru yang bisa menjadi rekan kerja.
4. Sadari Dulu Apa Prioritasmu
Penting ataupun tidak acara jalan-jalan ini, sebenarnya itu tergantung prioritasmu. Mungkin sebaiknya kamu membuat skala prioritas dahulu. Mana hal yang harus kamu penuhi duluan. Misal, kamu target beli handphone baru dulu, lalu membelikan ibumu hadiah, lalau ketiga melunasi cicilan dan keempat baru traveling, maka taatilah urutan itu. Don't rush things. Ikuti alurnya sehingga kamu nggak akan menyesal setelah traveling.
So, setelah membaca beberapa pertimbangan di atas, kamu sudah yakin akan menyambangi destinasi wisata impianmu? Whatever it is, be smart, yea.
found in
LIFESTYLE
Nomor Pokok Wajib Pajak atau disingkat dengan NPWP merupakan sarana untuk melakukan administrasi perpajakan. Secara sederhana, NPWP ini adalah tanda pengenal semua orang yang wajib pajak.
Bagi para pegawai, membayar pajak penghasilan adalah kewajiban. Kalau nggak salah, pajak per bulan sudah dipotong langsung dari gaji bulanan mereka. Kebetulan saya seorang freelancer yang bekerja di rumah saja dan mendapat penghasilan.
Bagi para pegawai, membayar pajak penghasilan adalah kewajiban. Kalau nggak salah, pajak per bulan sudah dipotong langsung dari gaji bulanan mereka. Kebetulan saya seorang freelancer yang bekerja di rumah saja dan mendapat penghasilan.
Freelancer Itu Wajib Punya NPWP Nggak, Sih?
Lalu, muncullah pertanyaan, “Saya ini termasuk wajib pajak nggak ya?”. Saya pun searching mengenai WP (Wajib Pajak) ini. Nggak usah pusing-pusing ya. Saya ambilkan saja garis besarnya. WP ini sebenarnya terbagi menjadi 2. Ada yang Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) dan Wajib Pajak Badan (WP Badan).
Untuk WPOP, ada 3 keadaan yang membuat pribadi menjadi wajib pajak yaitu:
1. Wajib pajak pribadi yang mempunyai penghasilan dari usaha
2. Wajib pajak pribadi yang mempunyai penghasilan dari pekerjaan
3. Wajib pajak pribadi yang mempunyai penghasilan dari pekerjaan bebas
Dari penjelasan singkat itu, jelas ya bahwa nomor 3 termasuk kategori freelancer. So, kita wajib punya NPWP dan membayar pajak penghasilan setiap bulannya. Nggak puas sampai di sana, saya teruskan browsing dan mendapati istilah “penghasilan tidak kena pajak”.
Ternyata wajib pajak itu dikategorikan lagi dari penghasilannya. Ada jumlah penghasilan yang memang tidak wajib pajak. Sampai di sini saya jadi pusing sendiri. Lalu saya memutuskan untuk mendatangi kantor pajak langsung terkait hal ini.
Waktu itu saya datang sekitar jam 10.00 am. Lumayan lama di sana. Petugasnya menanyai saya dengan sangat detail terutama terkait dengan pekerjaan yang saya lakukan dan penghasilan bulanan. Ya saya jawab apa adanya karena tahu sendiri kan kalau pekerja lepas tidak tentu penghasilannya, tergantung usaha dan seberapa sering kamu begadang (EH..).
Tidak ada pembahasan apapun mengenai penghasilan tidak kena pajak ini. Saya juga kebetulan lupa bertanya karena diajak ngobrol sama teman yang kebetulan sedang menyambangi kantor itu juga.
1. Wajib pajak pribadi yang mempunyai penghasilan dari usaha
2. Wajib pajak pribadi yang mempunyai penghasilan dari pekerjaan
3. Wajib pajak pribadi yang mempunyai penghasilan dari pekerjaan bebas
Dari penjelasan singkat itu, jelas ya bahwa nomor 3 termasuk kategori freelancer. So, kita wajib punya NPWP dan membayar pajak penghasilan setiap bulannya. Nggak puas sampai di sana, saya teruskan browsing dan mendapati istilah “penghasilan tidak kena pajak”.
Ternyata wajib pajak itu dikategorikan lagi dari penghasilannya. Ada jumlah penghasilan yang memang tidak wajib pajak. Sampai di sini saya jadi pusing sendiri. Lalu saya memutuskan untuk mendatangi kantor pajak langsung terkait hal ini.
Waktu itu saya datang sekitar jam 10.00 am. Lumayan lama di sana. Petugasnya menanyai saya dengan sangat detail terutama terkait dengan pekerjaan yang saya lakukan dan penghasilan bulanan. Ya saya jawab apa adanya karena tahu sendiri kan kalau pekerja lepas tidak tentu penghasilannya, tergantung usaha dan seberapa sering kamu begadang (EH..).
Tidak ada pembahasan apapun mengenai penghasilan tidak kena pajak ini. Saya juga kebetulan lupa bertanya karena diajak ngobrol sama teman yang kebetulan sedang menyambangi kantor itu juga.
Tanpa panjang lebar, NPWP saya jadi dan kartunya akan diantar ke rumah saya melalui POS Indonesia. Saya hanya diberikan fotokopinya dan kwitansi tanda terima.
So, menurut saya sih, berapapun penghasilannya, setiap orang Indonesia itu sebenarnya wajib pajak. Entahlah, saya benar-benar masih bingung dengan hal ini. Untuk freelancer, NPWP memang tidak dituntut. Tergantung kesadaaran diri per individu saja.
Well, dari tulisan di atas mungkin citra saya jadi terkesan warga negara yang baik banget ya. Eh emang iya sih. Maunya begitu. Tapi, tentu hal ini juga memberikan manfaat bagi saya sebagai freelancer. Ini manfaat yang sudah saya rasakan:
So, menurut saya sih, berapapun penghasilannya, setiap orang Indonesia itu sebenarnya wajib pajak. Entahlah, saya benar-benar masih bingung dengan hal ini. Untuk freelancer, NPWP memang tidak dituntut. Tergantung kesadaaran diri per individu saja.
Ada Nggak Sih, Manfaatnya Punya NPWP bagi Freelancer?
Well, dari tulisan di atas mungkin citra saya jadi terkesan warga negara yang baik banget ya. Eh emang iya sih. Maunya begitu. Tapi, tentu hal ini juga memberikan manfaat bagi saya sebagai freelancer. Ini manfaat yang sudah saya rasakan:
1. Gampang membuka rekening karena NPWP hampir selalu ditanyakan saat pembuatan rekening terutama rekening yang sedang hits zaman now yaitu Jenius dari BTPN.
2. In case mau cari kerja offline, NPWP selalu jadi syarat utama loh sekarang. Kalau udah ada kan nggak susah-susah lagi.
3. Sebagai bukti kalau kita sudah pernah bekerja. Unik memang, CV tidak lagi kuat membuktikan seseorang pernah bekerja. Tapi kalau ada NPWP, otomatis ada penghasilan dong. Kerja dong berarti. Something like that kayaknya. CMIIW yak.
4. Nambahin koleksi card biar dompetnya kece (becanda.. coret.. sreett).
Ah gampang ini. Kamu tinggal bawa fotokopi KTP dan materai 6.000 saja ke kantor pajak terdekat. Beberapa saat kamu akan maybe ditanya-tanya dahulu seperti kisahku di atas seputar pekerjaan dan gaji.
3. Sebagai bukti kalau kita sudah pernah bekerja. Unik memang, CV tidak lagi kuat membuktikan seseorang pernah bekerja. Tapi kalau ada NPWP, otomatis ada penghasilan dong. Kerja dong berarti. Something like that kayaknya. CMIIW yak.
4. Nambahin koleksi card biar dompetnya kece (becanda.. coret.. sreett).
Gimana Cara Buatnya?
Ah gampang ini. Kamu tinggal bawa fotokopi KTP dan materai 6.000 saja ke kantor pajak terdekat. Beberapa saat kamu akan maybe ditanya-tanya dahulu seperti kisahku di atas seputar pekerjaan dan gaji.
Kamu juga akan dikasih print out e-billing pertama kamu bulan itu untuk segera dibayarkan. Selanjutnya, kamu hanya harus menunggu dan fotokopi kartu NPWP dan kwitansi akan segara kamu dapatkan. Kamu hanya harus menunggu kartu dapat ke rumah. Kalau dalam 1 bulan nggak datang. Segera laporkan.
Cara Bayarnya Gimana Sih? Ribet Nggak?
Izinkan saya cerita pengalamanku lagi ya. Tapi ini nggak patut dicontoh. Saya kemarin buat NPWP bulan Maret. Itu bulan hectic banget sumpah. Sampai akhir Mei saya nggak bayar pajak. 3 bulan nggak bayar. Terus suatu malam saya dapat SMS gitu untuk segera bayar pajak dan mendatangi kantor. Dapat SMS itu hari jum’at. Saya langsung mendatangi kantor hari Seninnya.
Kalau yang ada di pikiranmu adalah antrean panjang demi membayar pajak, it is not happening. Nggak ada ah yang kayak gitu di zaman gawai seperti sekarang ini. Jadi hari senin itu saya nanya-nanya sama petugasnya dan dikasihlah brosur lengkap tentang gimana cara bayarnya dan lain-lain.
Begini step-nya:
1. Harus bikin akun dulu
- Masuk ke alamat https:sse3.pajak.go.id/registrasi
- Isi NPWP, Email, PIN yang kamu tentukan sendiri
- Isi kode keamanan sesuai yang ada di gambar
- Klik DAFTAR
- Cek inbox email dan segera klik link aktivasi
- Login dengan NPWP dan password
2. Buat kode billing
- Klik menu ISI SSE
- Pilih jenis pajak dan jenis setoran (samakan aja dengan print out billing pertama dari petugas kantor pajak)
- Pilih masa pajak dan tahun pajak
- Masukkan jumlah pajak yang akan dibayar
- Klik simpan, klik ya, klik ok.
- Klik KODE BILLING, klik ok
- Klik CETAK KODE BILLING untuk mengunduh
- Cetak sebagai arsip untuk dilaporkan tahunan ke kantor pajak
3. Bayar melalui Internet Banking
Sebenarnya ada banyak cara bayarnya. Saya recommended yang IB karena gampang banget. Saya pakai BRI ya.
- Login ke IB dengan username dan password
- Pilih menu PEMBAYARAN lalu klik MPN
- Login ke IB dengan username dan password
- Pilih menu PEMBAYARAN lalu klik MPN
- Isikan NPWP dan ID Billing yang ada di bagian bawah pdf kode billing di tahap 2 tadi.
- Klik KIRIM
- Konfirmasi data kamu. Masukkan password IB dan klik permintaan mToken
- Isikan mToken yang dikirim melalui SMS ke kolom itu. Tekan KIRIM
- Unduh pdf bukti pembayaran
- Print out sebagai arsip untuk dilaporkan tahunan ke kantor pajak
Selesai deh. Cukup begitu aja. Mengenai persenan yang harus kamu bayarkan itu bisa ditanya kepada petugas langsung ya. Soalnya kayaknya beda-beda tergantung besaran penghasilan kamu. Selamat bayar pajak!
Nomor Pokok Wajib Pajak atau disingkat dengan NPWP merupakan sarana untuk melakukan administrasi perpajakan. Secara sederhana, NPWP ini adalah tanda pengenal semua orang yang wajib pajak.
Bagi para pegawai, membayar pajak penghasilan adalah kewajiban. Kalau nggak salah, pajak per bulan sudah dipotong langsung dari gaji bulanan mereka. Kebetulan saya seorang freelancer yang bekerja di rumah saja dan mendapat penghasilan.
Bagi para pegawai, membayar pajak penghasilan adalah kewajiban. Kalau nggak salah, pajak per bulan sudah dipotong langsung dari gaji bulanan mereka. Kebetulan saya seorang freelancer yang bekerja di rumah saja dan mendapat penghasilan.
Freelancer Itu Wajib Punya NPWP Nggak, Sih?
Lalu, muncullah pertanyaan, “Saya ini termasuk wajib pajak nggak ya?”. Saya pun searching mengenai WP (Wajib Pajak) ini. Nggak usah pusing-pusing ya. Saya ambilkan saja garis besarnya. WP ini sebenarnya terbagi menjadi 2. Ada yang Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) dan Wajib Pajak Badan (WP Badan).
Untuk WPOP, ada 3 keadaan yang membuat pribadi menjadi wajib pajak yaitu:
1. Wajib pajak pribadi yang mempunyai penghasilan dari usaha
2. Wajib pajak pribadi yang mempunyai penghasilan dari pekerjaan
3. Wajib pajak pribadi yang mempunyai penghasilan dari pekerjaan bebas
Dari penjelasan singkat itu, jelas ya bahwa nomor 3 termasuk kategori freelancer. So, kita wajib punya NPWP dan membayar pajak penghasilan setiap bulannya. Nggak puas sampai di sana, saya teruskan browsing dan mendapati istilah “penghasilan tidak kena pajak”.
Ternyata wajib pajak itu dikategorikan lagi dari penghasilannya. Ada jumlah penghasilan yang memang tidak wajib pajak. Sampai di sini saya jadi pusing sendiri. Lalu saya memutuskan untuk mendatangi kantor pajak langsung terkait hal ini.
Waktu itu saya datang sekitar jam 10.00 am. Lumayan lama di sana. Petugasnya menanyai saya dengan sangat detail terutama terkait dengan pekerjaan yang saya lakukan dan penghasilan bulanan. Ya saya jawab apa adanya karena tahu sendiri kan kalau pekerja lepas tidak tentu penghasilannya, tergantung usaha dan seberapa sering kamu begadang (EH..).
Tidak ada pembahasan apapun mengenai penghasilan tidak kena pajak ini. Saya juga kebetulan lupa bertanya karena diajak ngobrol sama teman yang kebetulan sedang menyambangi kantor itu juga.
1. Wajib pajak pribadi yang mempunyai penghasilan dari usaha
2. Wajib pajak pribadi yang mempunyai penghasilan dari pekerjaan
3. Wajib pajak pribadi yang mempunyai penghasilan dari pekerjaan bebas
Dari penjelasan singkat itu, jelas ya bahwa nomor 3 termasuk kategori freelancer. So, kita wajib punya NPWP dan membayar pajak penghasilan setiap bulannya. Nggak puas sampai di sana, saya teruskan browsing dan mendapati istilah “penghasilan tidak kena pajak”.
Ternyata wajib pajak itu dikategorikan lagi dari penghasilannya. Ada jumlah penghasilan yang memang tidak wajib pajak. Sampai di sini saya jadi pusing sendiri. Lalu saya memutuskan untuk mendatangi kantor pajak langsung terkait hal ini.
Waktu itu saya datang sekitar jam 10.00 am. Lumayan lama di sana. Petugasnya menanyai saya dengan sangat detail terutama terkait dengan pekerjaan yang saya lakukan dan penghasilan bulanan. Ya saya jawab apa adanya karena tahu sendiri kan kalau pekerja lepas tidak tentu penghasilannya, tergantung usaha dan seberapa sering kamu begadang (EH..).
Tidak ada pembahasan apapun mengenai penghasilan tidak kena pajak ini. Saya juga kebetulan lupa bertanya karena diajak ngobrol sama teman yang kebetulan sedang menyambangi kantor itu juga.
Tanpa panjang lebar, NPWP saya jadi dan kartunya akan diantar ke rumah saya melalui POS Indonesia. Saya hanya diberikan fotokopinya dan kwitansi tanda terima.
So, menurut saya sih, berapapun penghasilannya, setiap orang Indonesia itu sebenarnya wajib pajak. Entahlah, saya benar-benar masih bingung dengan hal ini. Untuk freelancer, NPWP memang tidak dituntut. Tergantung kesadaaran diri per individu saja.
Well, dari tulisan di atas mungkin citra saya jadi terkesan warga negara yang baik banget ya. Eh emang iya sih. Maunya begitu. Tapi, tentu hal ini juga memberikan manfaat bagi saya sebagai freelancer. Ini manfaat yang sudah saya rasakan:
So, menurut saya sih, berapapun penghasilannya, setiap orang Indonesia itu sebenarnya wajib pajak. Entahlah, saya benar-benar masih bingung dengan hal ini. Untuk freelancer, NPWP memang tidak dituntut. Tergantung kesadaaran diri per individu saja.
Ada Nggak Sih, Manfaatnya Punya NPWP bagi Freelancer?
Well, dari tulisan di atas mungkin citra saya jadi terkesan warga negara yang baik banget ya. Eh emang iya sih. Maunya begitu. Tapi, tentu hal ini juga memberikan manfaat bagi saya sebagai freelancer. Ini manfaat yang sudah saya rasakan:
1. Gampang membuka rekening karena NPWP hampir selalu ditanyakan saat pembuatan rekening terutama rekening yang sedang hits zaman now yaitu Jenius dari BTPN.
2. In case mau cari kerja offline, NPWP selalu jadi syarat utama loh sekarang. Kalau udah ada kan nggak susah-susah lagi.
3. Sebagai bukti kalau kita sudah pernah bekerja. Unik memang, CV tidak lagi kuat membuktikan seseorang pernah bekerja. Tapi kalau ada NPWP, otomatis ada penghasilan dong. Kerja dong berarti. Something like that kayaknya. CMIIW yak.
4. Nambahin koleksi card biar dompetnya kece (becanda.. coret.. sreett).
Ah gampang ini. Kamu tinggal bawa fotokopi KTP dan materai 6.000 saja ke kantor pajak terdekat. Beberapa saat kamu akan maybe ditanya-tanya dahulu seperti kisahku di atas seputar pekerjaan dan gaji.
3. Sebagai bukti kalau kita sudah pernah bekerja. Unik memang, CV tidak lagi kuat membuktikan seseorang pernah bekerja. Tapi kalau ada NPWP, otomatis ada penghasilan dong. Kerja dong berarti. Something like that kayaknya. CMIIW yak.
4. Nambahin koleksi card biar dompetnya kece (becanda.. coret.. sreett).
Gimana Cara Buatnya?
Ah gampang ini. Kamu tinggal bawa fotokopi KTP dan materai 6.000 saja ke kantor pajak terdekat. Beberapa saat kamu akan maybe ditanya-tanya dahulu seperti kisahku di atas seputar pekerjaan dan gaji.
Kamu juga akan dikasih print out e-billing pertama kamu bulan itu untuk segera dibayarkan. Selanjutnya, kamu hanya harus menunggu dan fotokopi kartu NPWP dan kwitansi akan segara kamu dapatkan. Kamu hanya harus menunggu kartu dapat ke rumah. Kalau dalam 1 bulan nggak datang. Segera laporkan.
Cara Bayarnya Gimana Sih? Ribet Nggak?
Izinkan saya cerita pengalamanku lagi ya. Tapi ini nggak patut dicontoh. Saya kemarin buat NPWP bulan Maret. Itu bulan hectic banget sumpah. Sampai akhir Mei saya nggak bayar pajak. 3 bulan nggak bayar. Terus suatu malam saya dapat SMS gitu untuk segera bayar pajak dan mendatangi kantor. Dapat SMS itu hari jum’at. Saya langsung mendatangi kantor hari Seninnya.
Kalau yang ada di pikiranmu adalah antrean panjang demi membayar pajak, it is not happening. Nggak ada ah yang kayak gitu di zaman gawai seperti sekarang ini. Jadi hari senin itu saya nanya-nanya sama petugasnya dan dikasihlah brosur lengkap tentang gimana cara bayarnya dan lain-lain.
Begini step-nya:
1. Harus bikin akun dulu
- Masuk ke alamat https:sse3.pajak.go.id/registrasi
- Isi NPWP, Email, PIN yang kamu tentukan sendiri
- Isi kode keamanan sesuai yang ada di gambar
- Klik DAFTAR
- Cek inbox email dan segera klik link aktivasi
- Login dengan NPWP dan password
2. Buat kode billing
- Klik menu ISI SSE
- Pilih jenis pajak dan jenis setoran (samakan aja dengan print out billing pertama dari petugas kantor pajak)
- Pilih masa pajak dan tahun pajak
- Masukkan jumlah pajak yang akan dibayar
- Klik simpan, klik ya, klik ok.
- Klik KODE BILLING, klik ok
- Klik CETAK KODE BILLING untuk mengunduh
- Cetak sebagai arsip untuk dilaporkan tahunan ke kantor pajak
3. Bayar melalui Internet Banking
Sebenarnya ada banyak cara bayarnya. Saya recommended yang IB karena gampang banget. Saya pakai BRI ya.
- Login ke IB dengan username dan password
- Pilih menu PEMBAYARAN lalu klik MPN
- Login ke IB dengan username dan password
- Pilih menu PEMBAYARAN lalu klik MPN
- Isikan NPWP dan ID Billing yang ada di bagian bawah pdf kode billing di tahap 2 tadi.
- Klik KIRIM
- Konfirmasi data kamu. Masukkan password IB dan klik permintaan mToken
- Isikan mToken yang dikirim melalui SMS ke kolom itu. Tekan KIRIM
- Unduh pdf bukti pembayaran
- Print out sebagai arsip untuk dilaporkan tahunan ke kantor pajak
Selesai deh. Cukup begitu aja. Mengenai persenan yang harus kamu bayarkan itu bisa ditanya kepada petugas langsung ya. Soalnya kayaknya beda-beda tergantung besaran penghasilan kamu. Selamat bayar pajak!
Bagaimana perasaan Anda sebagai orang tua jika mendengar bahwa generasi mendatang telah terancam? Alam sudah mulai melawan balik atas aksi kita yang tidak senonoh terhadapnya, toleransi mulai merenggang dan anak-anak telah tercecoki oleh berbagai hal negatif terutama rokok.
Kepedulian saya terhadap fenomena pengonsumsi rokok ini meningkat semenjak saya melihat langsung 4 orang anak-anak yang merokok dengan lihainya di tempat sepi. Dari perawakan dan wajahnya, saya yakin mereka ber-4 hanya berada di usia Sekolah Dasar. Sungguh pemandangan yang membuat saya geleng-geleng kepala. Padahal rokok sangat merugikan.
Jika kita berbicara mengenai dampak negatif dari rokok, saya yakin bahwa Anda sudah tahu betul. Iklan mengenai bahaya rokok sudah dibuat semenakutkan mungkin, spanduk-spanduk di jalanan sudah dengan jelas mengatakan bahwa “rokok itu berbahaya”. Namun nyatanya, upaya tersebut tidak membuahkan hasil yang memuaskan.
Fakta-Fakta tentang Rokok yang Belum Banyak Disadari
Kalau dampak rokok bagi kesehatan sudah sangat banyak sekali diabaikan dan diremehkan, bagaimana dengan beberapa fakta mengenai jahatnya rokok di bawah ini? Masih bisa mengabaikan?
1. Seorang Perokok Tidak Sayang Anak dan Istri
Pengonsumsi rokok memang kebanyakan dari kalangan pria. Mereka sering kali berdalih, “Toh ini uangku juga yang digunakan buat membeli” agar tidak ada yang bisa membatasinya dari rokok. Sayangnya, hidup ini bukan cuma soal uang.
Seorang pria/suami yang merokok sama dengan memberikan ancaman kesehatan yang bukan main kepada anak, istri dan keluarga dekat lainnya. Orang yang tidak merokok namun ikut menghirup asap rokok disebut dengan perokok pasif. Jangan salah, perokok pasif lebih besar risikonya dibandingkan dengan perokok aktif. Kalau memang seorang pria menyayangi keluarganya, ia pasti tidak mau membahayakan nyawa keluarganya bukan?
2. Secara Tidak Langsung, Anak-Anak Didukung untuk Beli Rokok
Jangan kaget. Inilah faktanya. Saya katakan begini karena rokok dijual sangat murah di bahkan dijual perbatang yang tentu saja memungkinkan anak sekolah menengah bahkan sekolah dasar pun mampu membeli sebatang dua batang rokok.
Ditambah lagi akses membelinya yang sangat mudah. Rokok batangan dengan harga uang jajan anak sekolahan ini dapat dibeli di warung-warung kecil. Bahkan sang pemilik warung atau toko pun selalu melayani pembeli bahkan ketika anak di bawah umur sekali pun yang membeli.
3. Rokok Sebenarnya Memiskinkan
Perokok tidak semuanya orang yang menghambur-hamburkan uangnya karena kaya. Perokok bahkan banyak sekali dari kelompok-kelompok miskin. Mereka bahkan mengaku kesulitan dalam keuangan contohnya dalam hal menyekolahkan anak mereka namun sehari-hari tetap merokok.
Kenapa demikian? Ya, ini semua karena rokok itu murah. Mereka bisa membelinya dengan beberapa ribu saja. Walaupun begitu, sebenarnya tetap saja merugi. Tetap ada uang yang terbuang sia-sia. Seharusnya uang itu bisa digunakan untuk hal-hal yang lebih penting.
4. Meningkatnya Jumlah Perokok, Meningkat Pula Stres pada Perempuan
Apa hubungannya perempuan dan rokok yang dikonsumsi pria? Pertama, perempuan harus menjaga kesehatannya karena pengaruh dari perokok aktif tersebut. Kedua, ia juga harus menjaga kesehatan anak-anaknya apalagi jika sedang hamil. Mereka harus betul-betul menjaga konsumsi asap rokok demi kesehatan bayi.
Belum habis sampai di situ saja, perempuan juga harus kena dampak dalam masalah keuangan. Tidak sedikit perempuan yang mengaku kewalahan dalam hal ekonomi dikarenakan konsumsi terhadap rokok oleh sang suami. Bagaimanapun juga, perempuan itu tugasnya sebagai pengatur keuangan rumah tangga. Tentu ia yang akan pusing mengalokasikan dana tersebut.
Bukan hanya perempuan yang berperan sebagai istri, perempuan yang berperan sebagai anak atau bahkan perempuan yang naik kendaraan umum pun menerima risiko yang sama jika perokok semakin meningkat jumlahnya.
Lalu, Bagaimana Upaya Mengurangi Jumlah Perokok?
Seperti judul di atas, kita nggak perlu jadi Superman kok untuk selamatkan generasi mendatang dari bahaya rokok. Cukup dengan mendukung #rokokharusmahal saja! Ya, dari fakta yang sudah saya sebutkan di atas, akar semua masalah ini adalah harga rokok yang murah dan menjangkau kelas bawah dan anak-anak.
Seharusnya rokok itu harganya 50 ribu sehingga tidak lagi bisa dijangkau denga mudah oleh anak-anak kita atau pun kelompok di bawah. Jika cara mengingatkan bahaya rokok tidak pernah mempan, maka saya punya keyakinan bahwa #rokok50ribu ini akan membawa perubahan yang signifikan asal semua pihak mau bekerjasama.
Hal ini dikoarkan oleh KBR.ID, pihak KBR masih gencar dalam menggalakkan program radio Ruang Publik KBR #rokokharusmahal. Talkshow yang diadakan di radio Power FM 89.2 streaming jam 9 sampai 10 WIB. Berikut jadwal yang masih bisa Anda ikuti:
Rabu, 6 Juni 2018;
Rabu, 20 Juni 2018;
Rabu, 11 Juli 2018;
Rabu, 25 Juli 2018;
Rabu, 15 Agustus 2018
Hal-hal yang lebih mendalam mengenai program #rokokharusmahal ini bisa Anda simak dengan mendengarkan talkshow tersebut yang akan menghadirkan pembicara yang memang di bidangnya.
Intinya, tidak susah kok upaya untuk menyelamatkan generasi kita. Cukup dengan kita semuanya satu visi dan misi. Dukung program mulia ini dan we will be more than Superman.
Rabu, 20 Juni 2018;
Rabu, 11 Juli 2018;
Rabu, 25 Juli 2018;
Rabu, 15 Agustus 2018
Hal-hal yang lebih mendalam mengenai program #rokokharusmahal ini bisa Anda simak dengan mendengarkan talkshow tersebut yang akan menghadirkan pembicara yang memang di bidangnya.
Intinya, tidak susah kok upaya untuk menyelamatkan generasi kita. Cukup dengan kita semuanya satu visi dan misi. Dukung program mulia ini dan we will be more than Superman.
Bagaimana perasaan Anda sebagai orang tua jika mendengar bahwa generasi mendatang telah terancam? Alam sudah mulai melawan balik atas aksi kita yang tidak senonoh terhadapnya, toleransi mulai merenggang dan anak-anak telah tercecoki oleh berbagai hal negatif terutama rokok.
Kepedulian saya terhadap fenomena pengonsumsi rokok ini meningkat semenjak saya melihat langsung 4 orang anak-anak yang merokok dengan lihainya di tempat sepi. Dari perawakan dan wajahnya, saya yakin mereka ber-4 hanya berada di usia Sekolah Dasar. Sungguh pemandangan yang membuat saya geleng-geleng kepala. Padahal rokok sangat merugikan.
Jika kita berbicara mengenai dampak negatif dari rokok, saya yakin bahwa Anda sudah tahu betul. Iklan mengenai bahaya rokok sudah dibuat semenakutkan mungkin, spanduk-spanduk di jalanan sudah dengan jelas mengatakan bahwa “rokok itu berbahaya”. Namun nyatanya, upaya tersebut tidak membuahkan hasil yang memuaskan.
Fakta-Fakta tentang Rokok yang Belum Banyak Disadari
Kalau dampak rokok bagi kesehatan sudah sangat banyak sekali diabaikan dan diremehkan, bagaimana dengan beberapa fakta mengenai jahatnya rokok di bawah ini? Masih bisa mengabaikan?
1. Seorang Perokok Tidak Sayang Anak dan Istri
Pengonsumsi rokok memang kebanyakan dari kalangan pria. Mereka sering kali berdalih, “Toh ini uangku juga yang digunakan buat membeli” agar tidak ada yang bisa membatasinya dari rokok. Sayangnya, hidup ini bukan cuma soal uang.
Seorang pria/suami yang merokok sama dengan memberikan ancaman kesehatan yang bukan main kepada anak, istri dan keluarga dekat lainnya. Orang yang tidak merokok namun ikut menghirup asap rokok disebut dengan perokok pasif. Jangan salah, perokok pasif lebih besar risikonya dibandingkan dengan perokok aktif. Kalau memang seorang pria menyayangi keluarganya, ia pasti tidak mau membahayakan nyawa keluarganya bukan?
2. Secara Tidak Langsung, Anak-Anak Didukung untuk Beli Rokok
Jangan kaget. Inilah faktanya. Saya katakan begini karena rokok dijual sangat murah di bahkan dijual perbatang yang tentu saja memungkinkan anak sekolah menengah bahkan sekolah dasar pun mampu membeli sebatang dua batang rokok.
Ditambah lagi akses membelinya yang sangat mudah. Rokok batangan dengan harga uang jajan anak sekolahan ini dapat dibeli di warung-warung kecil. Bahkan sang pemilik warung atau toko pun selalu melayani pembeli bahkan ketika anak di bawah umur sekali pun yang membeli.
3. Rokok Sebenarnya Memiskinkan
Perokok tidak semuanya orang yang menghambur-hamburkan uangnya karena kaya. Perokok bahkan banyak sekali dari kelompok-kelompok miskin. Mereka bahkan mengaku kesulitan dalam keuangan contohnya dalam hal menyekolahkan anak mereka namun sehari-hari tetap merokok.
Kenapa demikian? Ya, ini semua karena rokok itu murah. Mereka bisa membelinya dengan beberapa ribu saja. Walaupun begitu, sebenarnya tetap saja merugi. Tetap ada uang yang terbuang sia-sia. Seharusnya uang itu bisa digunakan untuk hal-hal yang lebih penting.
4. Meningkatnya Jumlah Perokok, Meningkat Pula Stres pada Perempuan
Apa hubungannya perempuan dan rokok yang dikonsumsi pria? Pertama, perempuan harus menjaga kesehatannya karena pengaruh dari perokok aktif tersebut. Kedua, ia juga harus menjaga kesehatan anak-anaknya apalagi jika sedang hamil. Mereka harus betul-betul menjaga konsumsi asap rokok demi kesehatan bayi.
Belum habis sampai di situ saja, perempuan juga harus kena dampak dalam masalah keuangan. Tidak sedikit perempuan yang mengaku kewalahan dalam hal ekonomi dikarenakan konsumsi terhadap rokok oleh sang suami. Bagaimanapun juga, perempuan itu tugasnya sebagai pengatur keuangan rumah tangga. Tentu ia yang akan pusing mengalokasikan dana tersebut.
Bukan hanya perempuan yang berperan sebagai istri, perempuan yang berperan sebagai anak atau bahkan perempuan yang naik kendaraan umum pun menerima risiko yang sama jika perokok semakin meningkat jumlahnya.
Lalu, Bagaimana Upaya Mengurangi Jumlah Perokok?
Seperti judul di atas, kita nggak perlu jadi Superman kok untuk selamatkan generasi mendatang dari bahaya rokok. Cukup dengan mendukung #rokokharusmahal saja! Ya, dari fakta yang sudah saya sebutkan di atas, akar semua masalah ini adalah harga rokok yang murah dan menjangkau kelas bawah dan anak-anak.
Seharusnya rokok itu harganya 50 ribu sehingga tidak lagi bisa dijangkau denga mudah oleh anak-anak kita atau pun kelompok di bawah. Jika cara mengingatkan bahaya rokok tidak pernah mempan, maka saya punya keyakinan bahwa #rokok50ribu ini akan membawa perubahan yang signifikan asal semua pihak mau bekerjasama.
Hal ini dikoarkan oleh KBR.ID, pihak KBR masih gencar dalam menggalakkan program radio Ruang Publik KBR #rokokharusmahal. Talkshow yang diadakan di radio Power FM 89.2 streaming jam 9 sampai 10 WIB. Berikut jadwal yang masih bisa Anda ikuti:
Rabu, 6 Juni 2018;
Rabu, 20 Juni 2018;
Rabu, 11 Juli 2018;
Rabu, 25 Juli 2018;
Rabu, 15 Agustus 2018
Hal-hal yang lebih mendalam mengenai program #rokokharusmahal ini bisa Anda simak dengan mendengarkan talkshow tersebut yang akan menghadirkan pembicara yang memang di bidangnya.
Intinya, tidak susah kok upaya untuk menyelamatkan generasi kita. Cukup dengan kita semuanya satu visi dan misi. Dukung program mulia ini dan we will be more than Superman.
Rabu, 20 Juni 2018;
Rabu, 11 Juli 2018;
Rabu, 25 Juli 2018;
Rabu, 15 Agustus 2018
Hal-hal yang lebih mendalam mengenai program #rokokharusmahal ini bisa Anda simak dengan mendengarkan talkshow tersebut yang akan menghadirkan pembicara yang memang di bidangnya.
Intinya, tidak susah kok upaya untuk menyelamatkan generasi kita. Cukup dengan kita semuanya satu visi dan misi. Dukung program mulia ini dan we will be more than Superman.
found in
LIFESTYLE
Bahasa Inggris semakin mendunia. Keahlian dalam berbahasa Inggris hampir dibutuhkan oleh semua jurusan dan bidang ilmu. Salah satu tanda atau sertifikat bahwa kamu memang menguasai bahasa Inggris itu adalah adanya skor TOEFL yang dibuktikan dengan sertifikat dari lembaga resmi.
Nggak perlu penjelasan apa itu TOEFL lagi kan? Kalian semua pasti sudah sangat familiar dengan istilah ini. Nah, skor TOEFL kamu itu bergantung pada beberapa hal. Kalau mau nilai bagus, kamu harus sadari apa saja faktornya seperti di bawah ini.
learningenglish.voanews.com |
1. Siapa Pembimbingnya
Bukannya TOEFL adalah ilmu yang bisa dipelajari secara otodidak? Mungkin begitu yang muncul di kepala kalian. That is true actually but hasilnya akan snagat berbeda kalau kamu punya seseorang yang ahli di bidangnya untuk mengarahkan kamu. Sama dengan sebuah petuah, membawa puluhan buku akan kalah kebermanfaatannya dibandingkan dengan berguru dengan orang yang tepat.
Jangan takut biaya yang tinggi. Sekarang sudah ada bimbingan gratis secara online. Saya sendiri pernah mencobanya. Pembimbingnya langsung dari penerima beasiswa Phd di luar negeri dan semuanya benar-benar gratis tanpa pungutan biaya sedikit pun. Kalau kamu mau tahu siapa nama beliau dan di mana bisa belajarnya, just contact me.
2. Basic Kamu dalam Ilmu Kebahasaan
Semua hal perlu modal. Layaknya mau membuka usaha, mau tes TOEFL juga memerlukan modal yang mumpuni untuk bisa lebih maksimal. Sebenarnya tidak menutup kemungkinan sih jika memang tidak ada basic. Namun, belajarnya lebih lama saja dan menurut saya, TOEFL ini harus ada basic yang clear dulu terutama tentang grammar, pola kalimat.
3. Seberapa Paham Kamu dengan Polanya
Belajar TOEFL itu mempunyai pola. Ada yang bisa kita ingat dan hafalkan. Kalau kamu sudah dapat feel-nya dan udah tahu polanya, paham betul, berarti kemungkinan besar kamu akan dapat skor tinggi itu lebih besar. Hal ini juga berhubungan dengan teknik. Ada beberapa teknik yang biasanya dipakai agar kamu bisa mengatur waktu sehingga efisien dan agar kesalahan bisa diminimalisir.
4. Seberapa Sering Mengikuti Preparation Test
Tes persiapan biasanya diadakan oleh beberapa pihak dengan tujuan tersendiri tertama tempat syaa belajar TOEFL online dulu itu. Jadi, kita akan dianggap lulus kalau sudah mencapai skor tertentu dalam tes persiapannya. Selain itu, per beberapa bulan sekali juga diadakan simulasi dan di sana kita bisa mengukur kemampuan kita.
Cukup 4 dulu ya poinnya. Saya akan update dan tambahkan kalau ada lagi. Let’s learn. Salam.
Bukannya TOEFL adalah ilmu yang bisa dipelajari secara otodidak? Mungkin begitu yang muncul di kepala kalian. That is true actually but hasilnya akan snagat berbeda kalau kamu punya seseorang yang ahli di bidangnya untuk mengarahkan kamu. Sama dengan sebuah petuah, membawa puluhan buku akan kalah kebermanfaatannya dibandingkan dengan berguru dengan orang yang tepat.
Jangan takut biaya yang tinggi. Sekarang sudah ada bimbingan gratis secara online. Saya sendiri pernah mencobanya. Pembimbingnya langsung dari penerima beasiswa Phd di luar negeri dan semuanya benar-benar gratis tanpa pungutan biaya sedikit pun. Kalau kamu mau tahu siapa nama beliau dan di mana bisa belajarnya, just contact me.
2. Basic Kamu dalam Ilmu Kebahasaan
Semua hal perlu modal. Layaknya mau membuka usaha, mau tes TOEFL juga memerlukan modal yang mumpuni untuk bisa lebih maksimal. Sebenarnya tidak menutup kemungkinan sih jika memang tidak ada basic. Namun, belajarnya lebih lama saja dan menurut saya, TOEFL ini harus ada basic yang clear dulu terutama tentang grammar, pola kalimat.
3. Seberapa Paham Kamu dengan Polanya
Belajar TOEFL itu mempunyai pola. Ada yang bisa kita ingat dan hafalkan. Kalau kamu sudah dapat feel-nya dan udah tahu polanya, paham betul, berarti kemungkinan besar kamu akan dapat skor tinggi itu lebih besar. Hal ini juga berhubungan dengan teknik. Ada beberapa teknik yang biasanya dipakai agar kamu bisa mengatur waktu sehingga efisien dan agar kesalahan bisa diminimalisir.
4. Seberapa Sering Mengikuti Preparation Test
Tes persiapan biasanya diadakan oleh beberapa pihak dengan tujuan tersendiri tertama tempat syaa belajar TOEFL online dulu itu. Jadi, kita akan dianggap lulus kalau sudah mencapai skor tertentu dalam tes persiapannya. Selain itu, per beberapa bulan sekali juga diadakan simulasi dan di sana kita bisa mengukur kemampuan kita.
Cukup 4 dulu ya poinnya. Saya akan update dan tambahkan kalau ada lagi. Let’s learn. Salam.
Bahasa Inggris semakin mendunia. Keahlian dalam berbahasa Inggris hampir dibutuhkan oleh semua jurusan dan bidang ilmu. Salah satu tanda atau sertifikat bahwa kamu memang menguasai bahasa Inggris itu adalah adanya skor TOEFL yang dibuktikan dengan sertifikat dari lembaga resmi.
Nggak perlu penjelasan apa itu TOEFL lagi kan? Kalian semua pasti sudah sangat familiar dengan istilah ini. Nah, skor TOEFL kamu itu bergantung pada beberapa hal. Kalau mau nilai bagus, kamu harus sadari apa saja faktornya seperti di bawah ini.
learningenglish.voanews.com |
1. Siapa Pembimbingnya
Bukannya TOEFL adalah ilmu yang bisa dipelajari secara otodidak? Mungkin begitu yang muncul di kepala kalian. That is true actually but hasilnya akan snagat berbeda kalau kamu punya seseorang yang ahli di bidangnya untuk mengarahkan kamu. Sama dengan sebuah petuah, membawa puluhan buku akan kalah kebermanfaatannya dibandingkan dengan berguru dengan orang yang tepat.
Jangan takut biaya yang tinggi. Sekarang sudah ada bimbingan gratis secara online. Saya sendiri pernah mencobanya. Pembimbingnya langsung dari penerima beasiswa Phd di luar negeri dan semuanya benar-benar gratis tanpa pungutan biaya sedikit pun. Kalau kamu mau tahu siapa nama beliau dan di mana bisa belajarnya, just contact me.
2. Basic Kamu dalam Ilmu Kebahasaan
Semua hal perlu modal. Layaknya mau membuka usaha, mau tes TOEFL juga memerlukan modal yang mumpuni untuk bisa lebih maksimal. Sebenarnya tidak menutup kemungkinan sih jika memang tidak ada basic. Namun, belajarnya lebih lama saja dan menurut saya, TOEFL ini harus ada basic yang clear dulu terutama tentang grammar, pola kalimat.
3. Seberapa Paham Kamu dengan Polanya
Belajar TOEFL itu mempunyai pola. Ada yang bisa kita ingat dan hafalkan. Kalau kamu sudah dapat feel-nya dan udah tahu polanya, paham betul, berarti kemungkinan besar kamu akan dapat skor tinggi itu lebih besar. Hal ini juga berhubungan dengan teknik. Ada beberapa teknik yang biasanya dipakai agar kamu bisa mengatur waktu sehingga efisien dan agar kesalahan bisa diminimalisir.
4. Seberapa Sering Mengikuti Preparation Test
Tes persiapan biasanya diadakan oleh beberapa pihak dengan tujuan tersendiri tertama tempat syaa belajar TOEFL online dulu itu. Jadi, kita akan dianggap lulus kalau sudah mencapai skor tertentu dalam tes persiapannya. Selain itu, per beberapa bulan sekali juga diadakan simulasi dan di sana kita bisa mengukur kemampuan kita.
Cukup 4 dulu ya poinnya. Saya akan update dan tambahkan kalau ada lagi. Let’s learn. Salam.
Bukannya TOEFL adalah ilmu yang bisa dipelajari secara otodidak? Mungkin begitu yang muncul di kepala kalian. That is true actually but hasilnya akan snagat berbeda kalau kamu punya seseorang yang ahli di bidangnya untuk mengarahkan kamu. Sama dengan sebuah petuah, membawa puluhan buku akan kalah kebermanfaatannya dibandingkan dengan berguru dengan orang yang tepat.
Jangan takut biaya yang tinggi. Sekarang sudah ada bimbingan gratis secara online. Saya sendiri pernah mencobanya. Pembimbingnya langsung dari penerima beasiswa Phd di luar negeri dan semuanya benar-benar gratis tanpa pungutan biaya sedikit pun. Kalau kamu mau tahu siapa nama beliau dan di mana bisa belajarnya, just contact me.
2. Basic Kamu dalam Ilmu Kebahasaan
Semua hal perlu modal. Layaknya mau membuka usaha, mau tes TOEFL juga memerlukan modal yang mumpuni untuk bisa lebih maksimal. Sebenarnya tidak menutup kemungkinan sih jika memang tidak ada basic. Namun, belajarnya lebih lama saja dan menurut saya, TOEFL ini harus ada basic yang clear dulu terutama tentang grammar, pola kalimat.
3. Seberapa Paham Kamu dengan Polanya
Belajar TOEFL itu mempunyai pola. Ada yang bisa kita ingat dan hafalkan. Kalau kamu sudah dapat feel-nya dan udah tahu polanya, paham betul, berarti kemungkinan besar kamu akan dapat skor tinggi itu lebih besar. Hal ini juga berhubungan dengan teknik. Ada beberapa teknik yang biasanya dipakai agar kamu bisa mengatur waktu sehingga efisien dan agar kesalahan bisa diminimalisir.
4. Seberapa Sering Mengikuti Preparation Test
Tes persiapan biasanya diadakan oleh beberapa pihak dengan tujuan tersendiri tertama tempat syaa belajar TOEFL online dulu itu. Jadi, kita akan dianggap lulus kalau sudah mencapai skor tertentu dalam tes persiapannya. Selain itu, per beberapa bulan sekali juga diadakan simulasi dan di sana kita bisa mengukur kemampuan kita.
Cukup 4 dulu ya poinnya. Saya akan update dan tambahkan kalau ada lagi. Let’s learn. Salam.
found in
EDUCATION
Add caption |
Bau cappuccino menyeruak memenuhi indera penciuman. Mengalahkan bau tanah basah di luar sana akibat hujan ringan yang tinggal menyisakan gerimis manja. Awan hitam bagai tak berdaya. Sebentar saja ia menyelubungi langit, lekas matahari menyembul, membuatnya pecah dan menghilang. Kedai di pinggir jalan itu terlihat sepi. Hanya ada Rini dan sahabatnya Yuda, serta dua orang perempuan yang tak banyak bicara.
“Crtt..” bunyi cangkir keramik yang ditarik dari piring di bawahnya mengurangi kesunyian di antara mereka. Yuda menyeruput cappuccino yang berasap. Rini menatap lelaki itu sekilas. Entahlah, semakin hari kecanggungan semakin menggantung diantara mereka.
“Hujannya sudah benar-benar reda sekarang,” Yuda mencoba mencairkan suasana.
“Eemh,” gumam Rini diiringi anggukan kecil.
“Bagaimana kabar Mama?”
“Alhamdulillah sehat. Mama menanyakan tentang kamu. Akhir-akhir ini kamu jarang main ke rumah,” hari ini Rini memutuskan untuk mengatakan segalanya kepada Yuda.
“Maaf, akhir-akhir ini aku sibuk mengurus kuliah di luar kota,” sahut Yuda sembari menyeruput minuman yang terbuat dari espresso dan susu itu sampai hanya tersisa setengah. Sedangkan Rini tak tergugah sedikitpun dengan minuman kesukaan mereka tersebut. Dibiarkannya asapnya terbang begitu saja, dingin.
“Sampaikan maafku kepada Mama. Dua hari lagi aku pasti kesana kok,” Yuda tersenyum di akhir kalimatnya. Senyuman getir yang lebih mirip dengan senyuman menahan tangis. Perasaan Rini campur aduk, tak karuan. Rini meraih cangkir yang sedari tadi diacuhkannya.
“Aaa,” jeritnya. Cappuccino itu tumpah akibat tangannya yang gemetar. Berleleran di sela-sela jari tangannya. Sampai ada yang melewati meja dan menetes ke rok panjangnya.
“Rini, makanya hati-hati.” Yuda menyerahkan segumpal tisu untuk Rini sambil membenarkan letak cangkir dan piring kecil. Keningnya berkerut menandakan kekhawatiran.
“Yuda,” Rini menatapnya sekilas. Entah mengapa ia sangat panik dengan kejadian kecil itu.
“Panas ya?”
“Nggak, cappuccino-nya sudah dingin.”
“Kamu jangan suka ceroboh. Kalau itu tadi air panas gimana?”
“Yuda, katakan semuanya!” tiba-tiba suara Rini meninggi. Tak tahan lagi rasanya ia melihat Yuda terus seperti itu.
“Rini kamu kenapa? Apa maksudmu?”
“Yuda, kenapa kamu terus saja memendam semuanya? Sampai kapan?”
“Memendam apa? Kamu ini kenapa?”
“Bukankah kamu mencintaiku? Sejak dulu kamu sudah menyukaikukan?” Rona pipi Rini memerah. Tak menyangka ia akan sanggup mengatakan hal itu di hadapan Yuda. Rini menunduk seakan menyesali perbuatannya.
“Bodohnya aku sampai-sampai semua itu terlihat olehmu Rin,” sahut Yuda sembari menundukkan kepala juga. Teringat bahwa selama ini dengan rapi Yuda mencoba menyimpan semua rahasia hatinya itu.
“Kamu memang bodoh. Kenapa kamu tidak mengatakannya? Aku juga mencintaimu,” tegas Rin. Rini sudah tidak tahan memendam perasaan ini dan melihat Yuda betah menyembunyikan segenap rasanya. Rini semakin tertunduk, tak berani sedikitpun ia memandang lelaki yang berada di hadapannya itu.
“Rin, aku sangat mencintaimu, tapi aku tahu ada yang lebih mencintaimu daripada aku. Dia telah membuktikannya.”
“Tapi kamu yang selalu ada dalam do’aku, bukan dia,” sahut Rini dengan gegabah. Repleks ia mengangkat wajahnya.
“Dia mungkin bukan orang yang selalu ada di dalam do’amu. Tapi kamulah orang yang selalu ada dalam setiap do’anya,” sahut Yuda dengan mantap. Ia kemudian beranjak pergi, membayar minuman mereka di kasir lalu berjalan cepat melewati pintu kedai. Ia berlari menerobos rintik.
***
Rini berjalan gontai. Kedua kakinya diayunkannya sembarang. Kejadian itu benar-benar membuatnya tak berdaya. Jarak dari depan pagar sampai pintu rumahku terasa jauh sekali.
“Rini,” lelaki berperawakan tinggi dan besar itu menyapa dan menatap Rini dengan penuh senyum. Lelaki itu senang bukan main melihat orang yang telah ditunggunya berjam-jam akhirnya datang. Rini membalas senyumannya.
“Dua hari lagi Yuda akan kesini, membawa kado besar dan turut merayakan pesta perkawinanku dengan Juna, lelaki yang selalu menyebut namaku dalam do’anya,” batin Rini.
***
Yuda masih berjalan dengan setengah berlari. Rambut tebalnya basah akibat gerimis ringan. Matanya berkabut. Ia tak menyangka Rini akan menguak semua perasaannya. Ia pun sama sekali tak menyangka bahwa Rini akan menikah secepat itu. Ingin rasanya ia berlari ke rumah Rini, melarang perjodohan dan pernikahan itu lalu melamar Rini. Namun, Yuda tak kuasa. Tak ada sedikit pun kesiapan batinnya untuk menikah.
Bertemu Rini, melihat sosok perempuan itu bagaikan teriris sembilu bagi Yuda. Ingin sekali ia mampu bersikap biasa, datang ke perkawinan itu tanpa merasa sakit hati. Namun, lagi-lagi ia tak kuasa. Sejak hari itu Yuda memutuskan untuk pergi menghindari Rini sejauh mungkin.
***
3 tahun kemudian
Kota kecil di bawah pegunungan itu masih saja diselimuti awan hitam. Sama seperti dulu. Tak banyak yang berubah, hanya saja penduduknya lebih banyak, dan banyak rumah-rumah baru bergaya modern.
Seorang pria menelusuri trotoar jalan. Sesekali ujung sendalnya basah akibat genangan air sehabis hujan tadi. Tujuannya hanya satu, kedai kopi langganannya dulu. Tak berapa lama pria tinggi dan berhidung mancung itu tiba di tempat tujuannya. Diantara bangunan lain yang rata-rata telah mengalami renovasi, kedai ini kebalikannya. Tak ada yang berubah sedikitpun dengan kedai itu, selain tampak lebih tua.
“Kring,” lonceng kecil berbunyi ketika Yuda memasuki kedai itu. Pak tua yang gemuk tersenyum hangat kepada pelanggannya.
Seperti biasa, Yuda memesan secangkir cappuccino lalu memilih duduk di samping jendela kaca sehingga ia bisa leluasa melihat orang di luar. Sudah lama sekali Yuda tidak menikmati minuman istimewa itu. Baginya, cappuccino yang asli hanya ada di kedai itu.
“Ini cappuccino-nya Nak,” ucap lelaki tua itu membuyarkan lamunan Yuda.
“Terima kasih Pak.”
“Sepertinya kita pernah bertemu sebelumnya ya Nak?” Pak Tua mengerutkan keningnya mencoba mengingat.
“Ah, mungkin perasaan saya saja,” ucap Pak Tua itu lagi. Yuda hanya tersenyum, paham akan masalah orang tua, pelupa.
“Kring,” lonceng berbunyi lagi, pertanda ada pelanggan lain. Seorang wanita mengenakan gamis panjang dan khimar panjang bercorak bunga-bunga kecil. Jalannya begitu anggun, sangat tidak asing lagi bagi Yuda. Hanya dengan melihat bayangnya saja Yuda bisa langsung mengenalinya.
Perempuan itu memesan secangkir cappuccino lalu segera beranjak memilih tempat duduk di samping jendela. Langkahnya terhenti, matanya bertemu dengan mata seorang lelaki. Lelaki dengan sorot mata teduh, lelaki yang selalu dirindukannya. Lama dua insan itu mematung seakan berusaha berbicara dari hati ke hati. Air bening bak kristal luruh melewati pipi dan dagu Rini.
“Rini, jangan menangis,” Yuda mendadak panik. Ia beranjak dari kursinya dan berusaha menggapai Rini, hendak menyeka air matanya. Namun tangannya kaku, ia tak akan menyentuh perempuan yang tidak halal untuknya. Hatinya bergemuruh, turut merasakan perih.
“Kamu kemana saja Yuda?”
“Maafkan aku Rin, aku memang pengecut yang hanya bisa lari.”
“Lari dari apa?”
“Waktu itu aku tidak sanggup melihatmu dengannya.”
“Kamu salah Yud, Ak,”
“Yuda,” kalimat Rini terpotong oleh sepotong suara merdu. Perempuan berlari kecil ke arah Yuda dengan senyum mengambang. Yuda menyambutnya dengan senyuman yang tak kalah lebar.
“Rini, kenalkan ini istriku Tina. Tina ini sahabatku Rini.” ucap Yuda mencoba memperkenalkan mereka berdua.
Tak sempat Rini menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Tak sempat ia ceritakan kepada Yuda tentang begaimana ia berusaha menolak perjodohan tiga tahun silam. Belum ia katakan tentang seberapa setianya ia menanti Yuda dan tentang cintanya yang tak pernah sirna.
Setelah mengobrol sebentar, Rini pamit pulang. Ia berjalan gontai di pinggir jalan. Sendi-sendinya seakan lemah. Matanya kembali berkabut dan berair. Cinta pertama dan satu-satunya itu kini harus ia kubur dalam-dalam. Bukan Juna, bukan pula Yuda, entahlah. Yang pasti, Allah telah mempersiapkan lelaki yang tepat untuknya.
***
“Crtt..” bunyi cangkir keramik yang ditarik dari piring di bawahnya mengurangi kesunyian di antara mereka. Yuda menyeruput cappuccino yang berasap. Rini menatap lelaki itu sekilas. Entahlah, semakin hari kecanggungan semakin menggantung diantara mereka.
“Hujannya sudah benar-benar reda sekarang,” Yuda mencoba mencairkan suasana.
“Eemh,” gumam Rini diiringi anggukan kecil.
“Bagaimana kabar Mama?”
“Alhamdulillah sehat. Mama menanyakan tentang kamu. Akhir-akhir ini kamu jarang main ke rumah,” hari ini Rini memutuskan untuk mengatakan segalanya kepada Yuda.
“Maaf, akhir-akhir ini aku sibuk mengurus kuliah di luar kota,” sahut Yuda sembari menyeruput minuman yang terbuat dari espresso dan susu itu sampai hanya tersisa setengah. Sedangkan Rini tak tergugah sedikitpun dengan minuman kesukaan mereka tersebut. Dibiarkannya asapnya terbang begitu saja, dingin.
“Sampaikan maafku kepada Mama. Dua hari lagi aku pasti kesana kok,” Yuda tersenyum di akhir kalimatnya. Senyuman getir yang lebih mirip dengan senyuman menahan tangis. Perasaan Rini campur aduk, tak karuan. Rini meraih cangkir yang sedari tadi diacuhkannya.
“Aaa,” jeritnya. Cappuccino itu tumpah akibat tangannya yang gemetar. Berleleran di sela-sela jari tangannya. Sampai ada yang melewati meja dan menetes ke rok panjangnya.
“Rini, makanya hati-hati.” Yuda menyerahkan segumpal tisu untuk Rini sambil membenarkan letak cangkir dan piring kecil. Keningnya berkerut menandakan kekhawatiran.
“Yuda,” Rini menatapnya sekilas. Entah mengapa ia sangat panik dengan kejadian kecil itu.
“Panas ya?”
“Nggak, cappuccino-nya sudah dingin.”
“Kamu jangan suka ceroboh. Kalau itu tadi air panas gimana?”
“Yuda, katakan semuanya!” tiba-tiba suara Rini meninggi. Tak tahan lagi rasanya ia melihat Yuda terus seperti itu.
“Rini kamu kenapa? Apa maksudmu?”
“Yuda, kenapa kamu terus saja memendam semuanya? Sampai kapan?”
“Memendam apa? Kamu ini kenapa?”
“Bukankah kamu mencintaiku? Sejak dulu kamu sudah menyukaikukan?” Rona pipi Rini memerah. Tak menyangka ia akan sanggup mengatakan hal itu di hadapan Yuda. Rini menunduk seakan menyesali perbuatannya.
“Bodohnya aku sampai-sampai semua itu terlihat olehmu Rin,” sahut Yuda sembari menundukkan kepala juga. Teringat bahwa selama ini dengan rapi Yuda mencoba menyimpan semua rahasia hatinya itu.
“Kamu memang bodoh. Kenapa kamu tidak mengatakannya? Aku juga mencintaimu,” tegas Rin. Rini sudah tidak tahan memendam perasaan ini dan melihat Yuda betah menyembunyikan segenap rasanya. Rini semakin tertunduk, tak berani sedikitpun ia memandang lelaki yang berada di hadapannya itu.
“Rin, aku sangat mencintaimu, tapi aku tahu ada yang lebih mencintaimu daripada aku. Dia telah membuktikannya.”
“Tapi kamu yang selalu ada dalam do’aku, bukan dia,” sahut Rini dengan gegabah. Repleks ia mengangkat wajahnya.
“Dia mungkin bukan orang yang selalu ada di dalam do’amu. Tapi kamulah orang yang selalu ada dalam setiap do’anya,” sahut Yuda dengan mantap. Ia kemudian beranjak pergi, membayar minuman mereka di kasir lalu berjalan cepat melewati pintu kedai. Ia berlari menerobos rintik.
***
Rini berjalan gontai. Kedua kakinya diayunkannya sembarang. Kejadian itu benar-benar membuatnya tak berdaya. Jarak dari depan pagar sampai pintu rumahku terasa jauh sekali.
“Rini,” lelaki berperawakan tinggi dan besar itu menyapa dan menatap Rini dengan penuh senyum. Lelaki itu senang bukan main melihat orang yang telah ditunggunya berjam-jam akhirnya datang. Rini membalas senyumannya.
“Dua hari lagi Yuda akan kesini, membawa kado besar dan turut merayakan pesta perkawinanku dengan Juna, lelaki yang selalu menyebut namaku dalam do’anya,” batin Rini.
***
Yuda masih berjalan dengan setengah berlari. Rambut tebalnya basah akibat gerimis ringan. Matanya berkabut. Ia tak menyangka Rini akan menguak semua perasaannya. Ia pun sama sekali tak menyangka bahwa Rini akan menikah secepat itu. Ingin rasanya ia berlari ke rumah Rini, melarang perjodohan dan pernikahan itu lalu melamar Rini. Namun, Yuda tak kuasa. Tak ada sedikit pun kesiapan batinnya untuk menikah.
Bertemu Rini, melihat sosok perempuan itu bagaikan teriris sembilu bagi Yuda. Ingin sekali ia mampu bersikap biasa, datang ke perkawinan itu tanpa merasa sakit hati. Namun, lagi-lagi ia tak kuasa. Sejak hari itu Yuda memutuskan untuk pergi menghindari Rini sejauh mungkin.
***
3 tahun kemudian
Kota kecil di bawah pegunungan itu masih saja diselimuti awan hitam. Sama seperti dulu. Tak banyak yang berubah, hanya saja penduduknya lebih banyak, dan banyak rumah-rumah baru bergaya modern.
Seorang pria menelusuri trotoar jalan. Sesekali ujung sendalnya basah akibat genangan air sehabis hujan tadi. Tujuannya hanya satu, kedai kopi langganannya dulu. Tak berapa lama pria tinggi dan berhidung mancung itu tiba di tempat tujuannya. Diantara bangunan lain yang rata-rata telah mengalami renovasi, kedai ini kebalikannya. Tak ada yang berubah sedikitpun dengan kedai itu, selain tampak lebih tua.
“Kring,” lonceng kecil berbunyi ketika Yuda memasuki kedai itu. Pak tua yang gemuk tersenyum hangat kepada pelanggannya.
Seperti biasa, Yuda memesan secangkir cappuccino lalu memilih duduk di samping jendela kaca sehingga ia bisa leluasa melihat orang di luar. Sudah lama sekali Yuda tidak menikmati minuman istimewa itu. Baginya, cappuccino yang asli hanya ada di kedai itu.
“Ini cappuccino-nya Nak,” ucap lelaki tua itu membuyarkan lamunan Yuda.
“Terima kasih Pak.”
“Sepertinya kita pernah bertemu sebelumnya ya Nak?” Pak Tua mengerutkan keningnya mencoba mengingat.
“Ah, mungkin perasaan saya saja,” ucap Pak Tua itu lagi. Yuda hanya tersenyum, paham akan masalah orang tua, pelupa.
“Kring,” lonceng berbunyi lagi, pertanda ada pelanggan lain. Seorang wanita mengenakan gamis panjang dan khimar panjang bercorak bunga-bunga kecil. Jalannya begitu anggun, sangat tidak asing lagi bagi Yuda. Hanya dengan melihat bayangnya saja Yuda bisa langsung mengenalinya.
Perempuan itu memesan secangkir cappuccino lalu segera beranjak memilih tempat duduk di samping jendela. Langkahnya terhenti, matanya bertemu dengan mata seorang lelaki. Lelaki dengan sorot mata teduh, lelaki yang selalu dirindukannya. Lama dua insan itu mematung seakan berusaha berbicara dari hati ke hati. Air bening bak kristal luruh melewati pipi dan dagu Rini.
“Rini, jangan menangis,” Yuda mendadak panik. Ia beranjak dari kursinya dan berusaha menggapai Rini, hendak menyeka air matanya. Namun tangannya kaku, ia tak akan menyentuh perempuan yang tidak halal untuknya. Hatinya bergemuruh, turut merasakan perih.
“Kamu kemana saja Yuda?”
“Maafkan aku Rin, aku memang pengecut yang hanya bisa lari.”
“Lari dari apa?”
“Waktu itu aku tidak sanggup melihatmu dengannya.”
“Kamu salah Yud, Ak,”
“Yuda,” kalimat Rini terpotong oleh sepotong suara merdu. Perempuan berlari kecil ke arah Yuda dengan senyum mengambang. Yuda menyambutnya dengan senyuman yang tak kalah lebar.
“Rini, kenalkan ini istriku Tina. Tina ini sahabatku Rini.” ucap Yuda mencoba memperkenalkan mereka berdua.
Tak sempat Rini menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Tak sempat ia ceritakan kepada Yuda tentang begaimana ia berusaha menolak perjodohan tiga tahun silam. Belum ia katakan tentang seberapa setianya ia menanti Yuda dan tentang cintanya yang tak pernah sirna.
Setelah mengobrol sebentar, Rini pamit pulang. Ia berjalan gontai di pinggir jalan. Sendi-sendinya seakan lemah. Matanya kembali berkabut dan berair. Cinta pertama dan satu-satunya itu kini harus ia kubur dalam-dalam. Bukan Juna, bukan pula Yuda, entahlah. Yang pasti, Allah telah mempersiapkan lelaki yang tepat untuknya.
***
Add caption |
Bau cappuccino menyeruak memenuhi indera penciuman. Mengalahkan bau tanah basah di luar sana akibat hujan ringan yang tinggal menyisakan gerimis manja. Awan hitam bagai tak berdaya. Sebentar saja ia menyelubungi langit, lekas matahari menyembul, membuatnya pecah dan menghilang. Kedai di pinggir jalan itu terlihat sepi. Hanya ada Rini dan sahabatnya Yuda, serta dua orang perempuan yang tak banyak bicara.
“Crtt..” bunyi cangkir keramik yang ditarik dari piring di bawahnya mengurangi kesunyian di antara mereka. Yuda menyeruput cappuccino yang berasap. Rini menatap lelaki itu sekilas. Entahlah, semakin hari kecanggungan semakin menggantung diantara mereka.
“Hujannya sudah benar-benar reda sekarang,” Yuda mencoba mencairkan suasana.
“Eemh,” gumam Rini diiringi anggukan kecil.
“Bagaimana kabar Mama?”
“Alhamdulillah sehat. Mama menanyakan tentang kamu. Akhir-akhir ini kamu jarang main ke rumah,” hari ini Rini memutuskan untuk mengatakan segalanya kepada Yuda.
“Maaf, akhir-akhir ini aku sibuk mengurus kuliah di luar kota,” sahut Yuda sembari menyeruput minuman yang terbuat dari espresso dan susu itu sampai hanya tersisa setengah. Sedangkan Rini tak tergugah sedikitpun dengan minuman kesukaan mereka tersebut. Dibiarkannya asapnya terbang begitu saja, dingin.
“Sampaikan maafku kepada Mama. Dua hari lagi aku pasti kesana kok,” Yuda tersenyum di akhir kalimatnya. Senyuman getir yang lebih mirip dengan senyuman menahan tangis. Perasaan Rini campur aduk, tak karuan. Rini meraih cangkir yang sedari tadi diacuhkannya.
“Aaa,” jeritnya. Cappuccino itu tumpah akibat tangannya yang gemetar. Berleleran di sela-sela jari tangannya. Sampai ada yang melewati meja dan menetes ke rok panjangnya.
“Rini, makanya hati-hati.” Yuda menyerahkan segumpal tisu untuk Rini sambil membenarkan letak cangkir dan piring kecil. Keningnya berkerut menandakan kekhawatiran.
“Yuda,” Rini menatapnya sekilas. Entah mengapa ia sangat panik dengan kejadian kecil itu.
“Panas ya?”
“Nggak, cappuccino-nya sudah dingin.”
“Kamu jangan suka ceroboh. Kalau itu tadi air panas gimana?”
“Yuda, katakan semuanya!” tiba-tiba suara Rini meninggi. Tak tahan lagi rasanya ia melihat Yuda terus seperti itu.
“Rini kamu kenapa? Apa maksudmu?”
“Yuda, kenapa kamu terus saja memendam semuanya? Sampai kapan?”
“Memendam apa? Kamu ini kenapa?”
“Bukankah kamu mencintaiku? Sejak dulu kamu sudah menyukaikukan?” Rona pipi Rini memerah. Tak menyangka ia akan sanggup mengatakan hal itu di hadapan Yuda. Rini menunduk seakan menyesali perbuatannya.
“Bodohnya aku sampai-sampai semua itu terlihat olehmu Rin,” sahut Yuda sembari menundukkan kepala juga. Teringat bahwa selama ini dengan rapi Yuda mencoba menyimpan semua rahasia hatinya itu.
“Kamu memang bodoh. Kenapa kamu tidak mengatakannya? Aku juga mencintaimu,” tegas Rin. Rini sudah tidak tahan memendam perasaan ini dan melihat Yuda betah menyembunyikan segenap rasanya. Rini semakin tertunduk, tak berani sedikitpun ia memandang lelaki yang berada di hadapannya itu.
“Rin, aku sangat mencintaimu, tapi aku tahu ada yang lebih mencintaimu daripada aku. Dia telah membuktikannya.”
“Tapi kamu yang selalu ada dalam do’aku, bukan dia,” sahut Rini dengan gegabah. Repleks ia mengangkat wajahnya.
“Dia mungkin bukan orang yang selalu ada di dalam do’amu. Tapi kamulah orang yang selalu ada dalam setiap do’anya,” sahut Yuda dengan mantap. Ia kemudian beranjak pergi, membayar minuman mereka di kasir lalu berjalan cepat melewati pintu kedai. Ia berlari menerobos rintik.
***
Rini berjalan gontai. Kedua kakinya diayunkannya sembarang. Kejadian itu benar-benar membuatnya tak berdaya. Jarak dari depan pagar sampai pintu rumahku terasa jauh sekali.
“Rini,” lelaki berperawakan tinggi dan besar itu menyapa dan menatap Rini dengan penuh senyum. Lelaki itu senang bukan main melihat orang yang telah ditunggunya berjam-jam akhirnya datang. Rini membalas senyumannya.
“Dua hari lagi Yuda akan kesini, membawa kado besar dan turut merayakan pesta perkawinanku dengan Juna, lelaki yang selalu menyebut namaku dalam do’anya,” batin Rini.
***
Yuda masih berjalan dengan setengah berlari. Rambut tebalnya basah akibat gerimis ringan. Matanya berkabut. Ia tak menyangka Rini akan menguak semua perasaannya. Ia pun sama sekali tak menyangka bahwa Rini akan menikah secepat itu. Ingin rasanya ia berlari ke rumah Rini, melarang perjodohan dan pernikahan itu lalu melamar Rini. Namun, Yuda tak kuasa. Tak ada sedikit pun kesiapan batinnya untuk menikah.
Bertemu Rini, melihat sosok perempuan itu bagaikan teriris sembilu bagi Yuda. Ingin sekali ia mampu bersikap biasa, datang ke perkawinan itu tanpa merasa sakit hati. Namun, lagi-lagi ia tak kuasa. Sejak hari itu Yuda memutuskan untuk pergi menghindari Rini sejauh mungkin.
***
3 tahun kemudian
Kota kecil di bawah pegunungan itu masih saja diselimuti awan hitam. Sama seperti dulu. Tak banyak yang berubah, hanya saja penduduknya lebih banyak, dan banyak rumah-rumah baru bergaya modern.
Seorang pria menelusuri trotoar jalan. Sesekali ujung sendalnya basah akibat genangan air sehabis hujan tadi. Tujuannya hanya satu, kedai kopi langganannya dulu. Tak berapa lama pria tinggi dan berhidung mancung itu tiba di tempat tujuannya. Diantara bangunan lain yang rata-rata telah mengalami renovasi, kedai ini kebalikannya. Tak ada yang berubah sedikitpun dengan kedai itu, selain tampak lebih tua.
“Kring,” lonceng kecil berbunyi ketika Yuda memasuki kedai itu. Pak tua yang gemuk tersenyum hangat kepada pelanggannya.
Seperti biasa, Yuda memesan secangkir cappuccino lalu memilih duduk di samping jendela kaca sehingga ia bisa leluasa melihat orang di luar. Sudah lama sekali Yuda tidak menikmati minuman istimewa itu. Baginya, cappuccino yang asli hanya ada di kedai itu.
“Ini cappuccino-nya Nak,” ucap lelaki tua itu membuyarkan lamunan Yuda.
“Terima kasih Pak.”
“Sepertinya kita pernah bertemu sebelumnya ya Nak?” Pak Tua mengerutkan keningnya mencoba mengingat.
“Ah, mungkin perasaan saya saja,” ucap Pak Tua itu lagi. Yuda hanya tersenyum, paham akan masalah orang tua, pelupa.
“Kring,” lonceng berbunyi lagi, pertanda ada pelanggan lain. Seorang wanita mengenakan gamis panjang dan khimar panjang bercorak bunga-bunga kecil. Jalannya begitu anggun, sangat tidak asing lagi bagi Yuda. Hanya dengan melihat bayangnya saja Yuda bisa langsung mengenalinya.
Perempuan itu memesan secangkir cappuccino lalu segera beranjak memilih tempat duduk di samping jendela. Langkahnya terhenti, matanya bertemu dengan mata seorang lelaki. Lelaki dengan sorot mata teduh, lelaki yang selalu dirindukannya. Lama dua insan itu mematung seakan berusaha berbicara dari hati ke hati. Air bening bak kristal luruh melewati pipi dan dagu Rini.
“Rini, jangan menangis,” Yuda mendadak panik. Ia beranjak dari kursinya dan berusaha menggapai Rini, hendak menyeka air matanya. Namun tangannya kaku, ia tak akan menyentuh perempuan yang tidak halal untuknya. Hatinya bergemuruh, turut merasakan perih.
“Kamu kemana saja Yuda?”
“Maafkan aku Rin, aku memang pengecut yang hanya bisa lari.”
“Lari dari apa?”
“Waktu itu aku tidak sanggup melihatmu dengannya.”
“Kamu salah Yud, Ak,”
“Yuda,” kalimat Rini terpotong oleh sepotong suara merdu. Perempuan berlari kecil ke arah Yuda dengan senyum mengambang. Yuda menyambutnya dengan senyuman yang tak kalah lebar.
“Rini, kenalkan ini istriku Tina. Tina ini sahabatku Rini.” ucap Yuda mencoba memperkenalkan mereka berdua.
Tak sempat Rini menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Tak sempat ia ceritakan kepada Yuda tentang begaimana ia berusaha menolak perjodohan tiga tahun silam. Belum ia katakan tentang seberapa setianya ia menanti Yuda dan tentang cintanya yang tak pernah sirna.
Setelah mengobrol sebentar, Rini pamit pulang. Ia berjalan gontai di pinggir jalan. Sendi-sendinya seakan lemah. Matanya kembali berkabut dan berair. Cinta pertama dan satu-satunya itu kini harus ia kubur dalam-dalam. Bukan Juna, bukan pula Yuda, entahlah. Yang pasti, Allah telah mempersiapkan lelaki yang tepat untuknya.
***
“Crtt..” bunyi cangkir keramik yang ditarik dari piring di bawahnya mengurangi kesunyian di antara mereka. Yuda menyeruput cappuccino yang berasap. Rini menatap lelaki itu sekilas. Entahlah, semakin hari kecanggungan semakin menggantung diantara mereka.
“Hujannya sudah benar-benar reda sekarang,” Yuda mencoba mencairkan suasana.
“Eemh,” gumam Rini diiringi anggukan kecil.
“Bagaimana kabar Mama?”
“Alhamdulillah sehat. Mama menanyakan tentang kamu. Akhir-akhir ini kamu jarang main ke rumah,” hari ini Rini memutuskan untuk mengatakan segalanya kepada Yuda.
“Maaf, akhir-akhir ini aku sibuk mengurus kuliah di luar kota,” sahut Yuda sembari menyeruput minuman yang terbuat dari espresso dan susu itu sampai hanya tersisa setengah. Sedangkan Rini tak tergugah sedikitpun dengan minuman kesukaan mereka tersebut. Dibiarkannya asapnya terbang begitu saja, dingin.
“Sampaikan maafku kepada Mama. Dua hari lagi aku pasti kesana kok,” Yuda tersenyum di akhir kalimatnya. Senyuman getir yang lebih mirip dengan senyuman menahan tangis. Perasaan Rini campur aduk, tak karuan. Rini meraih cangkir yang sedari tadi diacuhkannya.
“Aaa,” jeritnya. Cappuccino itu tumpah akibat tangannya yang gemetar. Berleleran di sela-sela jari tangannya. Sampai ada yang melewati meja dan menetes ke rok panjangnya.
“Rini, makanya hati-hati.” Yuda menyerahkan segumpal tisu untuk Rini sambil membenarkan letak cangkir dan piring kecil. Keningnya berkerut menandakan kekhawatiran.
“Yuda,” Rini menatapnya sekilas. Entah mengapa ia sangat panik dengan kejadian kecil itu.
“Panas ya?”
“Nggak, cappuccino-nya sudah dingin.”
“Kamu jangan suka ceroboh. Kalau itu tadi air panas gimana?”
“Yuda, katakan semuanya!” tiba-tiba suara Rini meninggi. Tak tahan lagi rasanya ia melihat Yuda terus seperti itu.
“Rini kamu kenapa? Apa maksudmu?”
“Yuda, kenapa kamu terus saja memendam semuanya? Sampai kapan?”
“Memendam apa? Kamu ini kenapa?”
“Bukankah kamu mencintaiku? Sejak dulu kamu sudah menyukaikukan?” Rona pipi Rini memerah. Tak menyangka ia akan sanggup mengatakan hal itu di hadapan Yuda. Rini menunduk seakan menyesali perbuatannya.
“Bodohnya aku sampai-sampai semua itu terlihat olehmu Rin,” sahut Yuda sembari menundukkan kepala juga. Teringat bahwa selama ini dengan rapi Yuda mencoba menyimpan semua rahasia hatinya itu.
“Kamu memang bodoh. Kenapa kamu tidak mengatakannya? Aku juga mencintaimu,” tegas Rin. Rini sudah tidak tahan memendam perasaan ini dan melihat Yuda betah menyembunyikan segenap rasanya. Rini semakin tertunduk, tak berani sedikitpun ia memandang lelaki yang berada di hadapannya itu.
“Rin, aku sangat mencintaimu, tapi aku tahu ada yang lebih mencintaimu daripada aku. Dia telah membuktikannya.”
“Tapi kamu yang selalu ada dalam do’aku, bukan dia,” sahut Rini dengan gegabah. Repleks ia mengangkat wajahnya.
“Dia mungkin bukan orang yang selalu ada di dalam do’amu. Tapi kamulah orang yang selalu ada dalam setiap do’anya,” sahut Yuda dengan mantap. Ia kemudian beranjak pergi, membayar minuman mereka di kasir lalu berjalan cepat melewati pintu kedai. Ia berlari menerobos rintik.
***
Rini berjalan gontai. Kedua kakinya diayunkannya sembarang. Kejadian itu benar-benar membuatnya tak berdaya. Jarak dari depan pagar sampai pintu rumahku terasa jauh sekali.
“Rini,” lelaki berperawakan tinggi dan besar itu menyapa dan menatap Rini dengan penuh senyum. Lelaki itu senang bukan main melihat orang yang telah ditunggunya berjam-jam akhirnya datang. Rini membalas senyumannya.
“Dua hari lagi Yuda akan kesini, membawa kado besar dan turut merayakan pesta perkawinanku dengan Juna, lelaki yang selalu menyebut namaku dalam do’anya,” batin Rini.
***
Yuda masih berjalan dengan setengah berlari. Rambut tebalnya basah akibat gerimis ringan. Matanya berkabut. Ia tak menyangka Rini akan menguak semua perasaannya. Ia pun sama sekali tak menyangka bahwa Rini akan menikah secepat itu. Ingin rasanya ia berlari ke rumah Rini, melarang perjodohan dan pernikahan itu lalu melamar Rini. Namun, Yuda tak kuasa. Tak ada sedikit pun kesiapan batinnya untuk menikah.
Bertemu Rini, melihat sosok perempuan itu bagaikan teriris sembilu bagi Yuda. Ingin sekali ia mampu bersikap biasa, datang ke perkawinan itu tanpa merasa sakit hati. Namun, lagi-lagi ia tak kuasa. Sejak hari itu Yuda memutuskan untuk pergi menghindari Rini sejauh mungkin.
***
3 tahun kemudian
Kota kecil di bawah pegunungan itu masih saja diselimuti awan hitam. Sama seperti dulu. Tak banyak yang berubah, hanya saja penduduknya lebih banyak, dan banyak rumah-rumah baru bergaya modern.
Seorang pria menelusuri trotoar jalan. Sesekali ujung sendalnya basah akibat genangan air sehabis hujan tadi. Tujuannya hanya satu, kedai kopi langganannya dulu. Tak berapa lama pria tinggi dan berhidung mancung itu tiba di tempat tujuannya. Diantara bangunan lain yang rata-rata telah mengalami renovasi, kedai ini kebalikannya. Tak ada yang berubah sedikitpun dengan kedai itu, selain tampak lebih tua.
“Kring,” lonceng kecil berbunyi ketika Yuda memasuki kedai itu. Pak tua yang gemuk tersenyum hangat kepada pelanggannya.
Seperti biasa, Yuda memesan secangkir cappuccino lalu memilih duduk di samping jendela kaca sehingga ia bisa leluasa melihat orang di luar. Sudah lama sekali Yuda tidak menikmati minuman istimewa itu. Baginya, cappuccino yang asli hanya ada di kedai itu.
“Ini cappuccino-nya Nak,” ucap lelaki tua itu membuyarkan lamunan Yuda.
“Terima kasih Pak.”
“Sepertinya kita pernah bertemu sebelumnya ya Nak?” Pak Tua mengerutkan keningnya mencoba mengingat.
“Ah, mungkin perasaan saya saja,” ucap Pak Tua itu lagi. Yuda hanya tersenyum, paham akan masalah orang tua, pelupa.
“Kring,” lonceng berbunyi lagi, pertanda ada pelanggan lain. Seorang wanita mengenakan gamis panjang dan khimar panjang bercorak bunga-bunga kecil. Jalannya begitu anggun, sangat tidak asing lagi bagi Yuda. Hanya dengan melihat bayangnya saja Yuda bisa langsung mengenalinya.
Perempuan itu memesan secangkir cappuccino lalu segera beranjak memilih tempat duduk di samping jendela. Langkahnya terhenti, matanya bertemu dengan mata seorang lelaki. Lelaki dengan sorot mata teduh, lelaki yang selalu dirindukannya. Lama dua insan itu mematung seakan berusaha berbicara dari hati ke hati. Air bening bak kristal luruh melewati pipi dan dagu Rini.
“Rini, jangan menangis,” Yuda mendadak panik. Ia beranjak dari kursinya dan berusaha menggapai Rini, hendak menyeka air matanya. Namun tangannya kaku, ia tak akan menyentuh perempuan yang tidak halal untuknya. Hatinya bergemuruh, turut merasakan perih.
“Kamu kemana saja Yuda?”
“Maafkan aku Rin, aku memang pengecut yang hanya bisa lari.”
“Lari dari apa?”
“Waktu itu aku tidak sanggup melihatmu dengannya.”
“Kamu salah Yud, Ak,”
“Yuda,” kalimat Rini terpotong oleh sepotong suara merdu. Perempuan berlari kecil ke arah Yuda dengan senyum mengambang. Yuda menyambutnya dengan senyuman yang tak kalah lebar.
“Rini, kenalkan ini istriku Tina. Tina ini sahabatku Rini.” ucap Yuda mencoba memperkenalkan mereka berdua.
Tak sempat Rini menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Tak sempat ia ceritakan kepada Yuda tentang begaimana ia berusaha menolak perjodohan tiga tahun silam. Belum ia katakan tentang seberapa setianya ia menanti Yuda dan tentang cintanya yang tak pernah sirna.
Setelah mengobrol sebentar, Rini pamit pulang. Ia berjalan gontai di pinggir jalan. Sendi-sendinya seakan lemah. Matanya kembali berkabut dan berair. Cinta pertama dan satu-satunya itu kini harus ia kubur dalam-dalam. Bukan Juna, bukan pula Yuda, entahlah. Yang pasti, Allah telah mempersiapkan lelaki yang tepat untuknya.
***
found in
LIFESTYLE
Langganan:
Postingan (Atom)
Social Icons